Hari ini turun daun kering dihalaman depan jatuh dikepalaku, dan aku tidak mempedulikannya, membiarkannya jatuh sendiri. Aku hanya berjalan terus dan berhenti melihat sungai itu. Sungai yang mengalir lembut. Aku suka suaranya, suara yang membuatku melupakan sejenak masalah dipundakku. Tiba-tiba hal itu terjadi lagi, dadakku sesak ,serasa sakit dan spontan semua disekitarku berjalan begitu lambat. Sekilas sakit itu hilang dan bagaikan tak terjadi apa-apa. Aku tak terlalu memikirkannya. Aku selalu berpikir aku kan baik-baik saja...
"Baikk baikk saja " dalam hati yang tak bersuara tapi terdengar diriku sendiri.
"Umurku sekarang 19 tahun". Terucap saat malam telah tiba,dan aku mulai untuk mencoba tidur.
Esokkan harinya, seorang laki-laki dan perempuan mengetuk pintu rumah, suaranya membangunkan aku. Tanpa cuci muka aku naik tangga. Beginilah rumahku ada tangga bawah tanahnya dan disitulah aku tidur. Aku membuka pintu dan terlihat laki-laki dengan rambut yang sedikit menutup matanya. Dan seorang perempuan yang...
"Apakah kami bisa masuk kerumah mu, ku mohon" laki-laki itu dengan muka pucat.
Tanpa pikir panjang aku bilang,"ee boleh"
Tanpa berpikir panjang apakah orang ini orang jahat yang akan membunuhku. Mereka berdua masuk kerumahku dan langsung menutupnya. Lelaki itu mengeluarkan pisau yang bening seperti penggaris yang bening tanpa bercak warna lain, pisau yang cantik untuk membunuhku pikirku. Lelaki itu perlahan mendekatiku dengan pisau yang mengarah padaku. Dan aku memundurkan kakiku pelan, terasa sangat berat. Dan orang itu sudah berada dihadapanku, aku tak dapat berkata apapun, maupun menjauh dan melawannya. Lelaki itu mulai mendekatkan pisaunya kearahku.
"Ambil ini, aku tak bisa memegang ini terlalu lama."
"Untuk apa pisau ini?"
"Bunuhlah adikku dengan pisau ini jika adikku mau direbut dari Houl. Saat dia akan dibunuh dengan pisau biasa maka cahaya dari adikku takkan hilang. Mereka masih bisa menggunakan mayatnya untuk keinginan mereka."
"Keinginan? Keinginan apa?" BTOOommmmm....suara keras bom ini terdengar. Suaranya sangat menyakitkan telingaku.
"Tolong lindungilah adikku", dia memberikan pisaunya kepadaku.
"Kita harus bersembunyi kemana kakak? " suara perempuan yang harus kulindungi itu.
"Kita sembunyi kebawah lantai ini saja." kataku sambil menunjukkan jalannya. Kamipun kebawah lantai dan aku menutup tangga itu.
"Kurasa kita akan aman disini"
Para Houl menghancurkan rumah itu, mereka ada berjumlah 4. mereka melihat-lihat rumah kosong yang terdapat tv,meja makan, dan dinding yang tak berfoto. Salah satu dari mereka melihat sebuah jejak kaki yang menuju pada sebuah lantai dan berakhir disitu. Dengan pukulan yang kuat lantai kayu itu hancur dan mereka terlihat berada dibawah lantai itu.
"Kalian cepat lari, biar aku yang akan menahan mereka" kata lelaki itu. Aku menarik tangan perempuan itu untuk segera pergi.
"Hahaha, kalian semua akan mati disini"
"Aku tidak peduli mati itu untuk aku, tapi jangan sentuh adikku. Dasar Monster"
Lelaki itu melawan Houl, dia memang kuat bisa menahan pukulan mereka dan membalas dengan berkali lipat. Tapi keberuntungan dipihak kami cuma sampai dsitu.
Lelaki itu hanya sendiri sedangakan Houl berempat, merekapun mampu melumpuhkannya. Berdua memegang tangannya dan yang satunya menendang kepalanya.
"Kakak" perempuan itu lepas dari genggamanku spontan setelah melihat kakaknya telah kalah.
"Heyy tunggu" akupun mengejarnya.
Salah satu Houl mendekati perempuan itu.
"Larii..lari Erika" suara yang sangat pelan terucap dari lelaki itu.
Houl berhasil menangkap Erika. Erika melawan dan akhirnya lepas dari tangkap itu. Dia berusaha menyelamatkan kakaknya. Kakaknya pun seakan punya tenaga yang berlebih dan bisa melapaskan diri dan melawan Houl hingga jatuh.
Erika mendekati kakaknya, tangan Erika pun memegang tangan kakaknya.
"Aku tidak akan lari tanpa kaka"
Buaaakkkkkk....
Darah dari mulut kakaknya termuntahkan ketangan mereka berdua.
"Kakakkk" Erika menangis.
Tangan Houl itu menusuk jantung lelaki itu. Houl dapat menumbuhkan kuku mereka dengan cepat dan menggunakan layaknya pedang untuk membunuh. Lelaki itu sudah tak bisa apa-apa lagi seperti telah dicabut nyawanya.
Erika memeluk kakaknya dengan tangisan yang tak terbendung lagi. Para Houl mendekati Erika. Dadaku berdenyut cepat saat melihat lelaki itu bermuntahkan darah. Hingga membuat sakit dadaku.
"Cukuppp..Hentikann" teriakku sangat keras.
Waktu seakan berjalan dengan lambat. Aku berlari cepat dan memotong salah satu tangan Houl. Aku melihat air mata yang jatuh dimata Erika mengalir dengan lambat.
Aku memotong tangan Houl itu dengan pisau yang telah diberikan kakak Erika tadi. Pisau yang tajam bisa memotong tangan Houl dengan mudah. Sebelum air mata Erika jatuh, aku menebaskan pisau itu ke leher Houl yang lain. Aku merasakan Houl yang lain mau bergerakan mau menusukku, tapi gerak mereka begitu lambat, aku dapat mengetahui semua gerakkannya dan dengan pisau bening ini aku tusukkan ke jantung kedua Houl yang masih belum merasakan pisau bening ini.
"Hahhhhh., apa yang terjadi padaku?"
Para Houl berjatuhan bersamaan dengan air mata Erika.
"Aaaaaaaaa aaaaa" Erika hanya bisa menangis melihat kakaknya mati mengenaskan dihadapannya.